Subscribe

Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger


Welcome to goesliem-138.blogspot.com, tempat di mana anak2 tu-chy ngumpul .kalian bisa komen ke sini dan bisa kasih ID E-mail FS kalian untuk dapatkan banyak teman di sini.dan disini kalian akan di sugukan serba-serbi SMPN 1 BEKASI tentunya.selamat melihat-lihat......

kantin kejujuran

Jajan Jujur Anti-Korupsi Dibuka Kantin Kejujuran

PKS Partai Keadilan Sejahtera Menuju Pemilu 2009

Jajan Jujur Anti-Korupsi

Kantin Kejujuran (Dok. SMAN 1 Cileunyi)Orang bilang, korupsi terjadi karena dua unsur, yakni adanya kesempatan dan kemauan. Keduanya tak bisa berdiri sendiri karena saling melengkapi. Dan para siswa di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 1, keduanya di Bekasi, kini menghadapi uji mental atas dua hal tersebut.

Sejak seminggu lalu, di dua sekolah unggulan itu didirikan "kantin kejujuran". Berbeda dari kantin pada umumnya, kantin kejujuran adalah tempat semuanya serba self-service alias melayani diri sendiri. Tidak ada penjaga, tidak ada yang akan menerima dan menghitung uang kembalian jika ada. Semuanya dilakukan sendiri.

Di situlah tantangannya. Kesempatan untuk mengambil makanan dan minuman tanpa membayar terbuka lebar karena tidak ada yang menjaga. Para siswa dituntut jujur pada dirinya sendiri untuk tetap membayar makanan dan minuman yang dibelinya.

Pukul 10 pagi itu, misalnya. Usai pelajaran olahraga, Muhammad Dendy Burhan dan teman-temannya dari kelas VII-7 SMPN 1 berkerumun untuk mengambil minuman kotak dan botol dari lemari es di kantin kejujuran. Mereka kemudian mencomot kudapan, seperti donat keju, roti cokelat, dan martabak yang terpajang di etalase.

Bukannya langsung melahap makanan yang sudah ada di tangan, mereka malah antre untuk menulis barang-barang pembelian mereka itu pada sebuah buku besar. Lalu mereka memasukkan uang ribuan ke dalam kaleng yang disediakan di atas meja. "Aku kurang kembalian Rp 500, nggak ada di sini, pake duitmu dulu, yah," ujar Dendy kepada seorang temannya.

Dendy, bocah berpostur kecil kelahiran 12 tahun lalu itu tampak bersemangat ketika berceloteh tentang kantin kejujuran. "Asyik malah, kita jadi latihan buat jujur. Dari dulu kan nggak ada kayak ginian," katanya. Menurut dia, kantin itu selalu penuh sesak.

Perkataan Dendy terbukti tak berapa lama kemudian. Ketika bel istirahat berbunyi, kantin yang hanya berukuran 1 x 2 meter itu dijubeli belasan anak. Berkali-kali mereka harus mendongak untuk melihat daftar harga makanan dan minuman, bergumam menghitung jumlah uang yang harus dibayarkan, kemudian menuliskannya.

Itulah yang kemudian dikeluhkan rekan sekelas Dendy, Dimas Pratama Putra. Baginya, kantin itu terlalu sempit. "Harusnya diperlebar lagi karena yang minat banyak. Atau sekalian aja kantin umum diganti dengan kantin kejujuran," tutur Dimas cuek. Tampaknya Dimas tak mengetahui, bila kantin umum tergusur, tentu banyak pegawai kantin itu yang nantinya menjadi pengangguran.

Di SMPN 1 Bekasi, letak kantin kejujuran bersebelahan dengan kantin umum yang menjual berbagai macam makanan yang utamanya mengenyangkan. "Untuk itulah, kantin kejujuran menjual makanan yang belum dijual pihak kantin umum," kata Kepala SMPN 1 Bekasi, Kusmayadi. Tujuannya, tentu agar tak terjadi persaingan tidak sehat.

Ide kantin kejujuran ini bermula dari Komisi Pemberantasan Korupsi. Penyakit korupsi yang mencapai titik kronis di Indonesia cukup membuat puyeng para penegak hukum yang masih punya hati nurani. Pendidikan anti-korupsi tak tepat lagi diberikan kepada orang-orang yang telah menikmati jabatan atau mencicipi kekuasaan. Makin dini pendidikan moral diberikan, diharapkan makin tergerus juga keinginan untuk melakukan korupsi.

Ide inilah yang kemudian diwujudkan beberapa pemerintah daerah, termasuk Bekasi. Wali Kota Mochtar Mohammad membuat nota kesepahaman dengan kejaksaan negeri, kecamatan, karang taruna, dan dua sekolah, yakni SMAN 1 dan SMPN 1, sebagai pilot project. Peresmian secara simbolis kantin kejujuran ini dilakukan di SMAN 1 Bekasi, sehari sebelum tahun ajaran baru dilaksanakan, pertengahan Juli lalu.

Di SMPN 1 Bekasi, kantin kejujuran itu dikelola para pengurus OSIS dan dipantau ketat oleh para guru pembimbing OSIS. Wali Kota Bekasi memberikan modal untuk tiap sekolah Rp 2,5 juta. Modal itu digunakan untuk membeli perlengkapan, seperti etalase untuk makanan dan nampan.

Karena bersifat self-service dan tak ada yang mengawasi, selain kejujuran, menulis makanan atau minuman yang dibeli adalah wajib. Untuk menghindari antrean, di Kantin Kejujuran SMPN 1 disediakan empat buku dan kaleng. Dalam buku pencatatan itu, beberapa kolom yang wajib diisi memuat daftar nama pembeli, kelas, makanan/minuman yang dibeli, beserta jumlah dan harganya.

Adapun kaleng-kaleng itu difungsikan untuk meletakkan uang, baik uang pembelian maupun uang kembalian. Bagaimana bila di kaleng itu tidak ada uang kembalian? Dendy dan Dimas menjawab sederhana. "Ya, kita mecahin dulu uangnya. Kalau nggak ada, ya, seperti tadi, kita pinjam uang teman kita dulu, besok gantian kita yang nombokin dia," kata mereka.

Jumlah makanan yang disediakan di Kantin Kejujuran SMPN 1 memang masih terbatas, hanya sembilan macam makanan. "Makanan yang kami sediakan itu makanan sehat. Kami tidak menyediakan makanan yang mengandung bahan pengawet," kata Iin Nurhaini, pembina OSIS di sekolah itu.

Makanan itu dipesan di sebuah toko makanan di Bekasi setiap hari. "Kantin ini pukul enam pagi sudah siap karena melayani anak-anak yang tidak sempat sarapan di rumahnya," ujar Iin, yang juga pengajar mata pelajaran sejarah.

Harga makanan dan minuman di kantin itu berada pada kisaran Rp 500 hingga Rp 2.500. Iin mengakui, keuntungan yang diambil dari tiap item makanan dan minuman tidak terlalu banyak. "Kami juga tidak mungkin kalau menjual terlalu murah dari kantin umum karena nanti malah jadi ribut," kata Iin lagi.

Sedangkan barang yang dijajakan di Kantin Kejujuran SMAN 1 lebih beragam. Tak hanya makanan, mereka juga menjual barang-barang kebutuhan siswa, seperti seragam, bahkan kecap dan sampo. "Persediaan buat mereka yang kehabisan barang-barang itu di rumahnya," ujar Henny Widhaningsih, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 1 Bekasi.

Seperti halnya di SMPN 1, kantin kejujuran di SMA yang telah mendapat sertifikat ISO 9000:1 itu juga berada dalam satu area dengan kantin umum. Namun, untuk jenis makanannya, sekolah ini lebih banyak menjual makanan dalam kemasan, seperti biskuit. "Ada juga beberapa orang yang menitipkan makanan, seperti roti dan es," kata guru matematika itu.

Uniknya, di kantin kejujuran sekolah ini, para siswa atau guru yang "lupa" membayar diberi kesempatan membayar esok harinya. "Itu untuk menunjukkan bahwa kami tidak mau men-judge (menghakimi) siapa pun yang hari ini belum membayar. Dia diberi kesempatan untuk membenahi diri," tutur Henny.

Adanya kantin model baru ini tak urung membuat Hania Asmarani terkaget-kaget. "Iya, awalnya bingung dan kaget juga dengan cara seperti ini, tapi kami jadi dilatih untuk jujur pada diri sendiri. Beli harga berapa, bayar berapa," ujar murid kelas X-9 itu.

Dendy dan Dimas pun mengatakan pernah menjumpai teman-teman mereka yang memanfaatkan kesempatan untuk mengambil makanan tanpa membayar. "Pernah kami tegur juga sih, tapi kadang males juga karena malah bikin keributan," kata Dimas. Pernah terpikir pula untuk mengutil makanan? "Enggak-lah, buat apa? Kami masih punya malu, kok," ujarnya.

Untuk itulah, Dendy malah memimpikan kantin itu tak hanya diperluas, melainkan juga diberi kamera pengawas (CCTV). "Biar kalau ketahuan, diberi sanksi tegas," katanya bersemangat.

Indikator berhasil tidaknya program ini adalah dari modal. "Kalau bertambah, berarti kami berhasil. Tetapi, kalau rugi, itu artinya masih banyak yang tidak jujur alias tidak membayar," kata Henny. Baik Henny maupun Iin mengakui, karena belum berjalan lama, fluktuasi penjualan sehari-harinya masih belum stabil. "Ada juga sih terjadi selisih antara pendapatan dan stok barang, tapi itu tak mencolok," ujar Iin.

Selain untuk melatih kejujuran, kantin kejujuran juga mendatangkan manfaat lain. "Kami jadi belajar berwirausaha. Meski kecil-kecilan, kami jadi tahu bagaimana pencatatan dan penghitungan setiap pembelian dan penjualan," kata Muhammad Ghany Iskandar, Ketua OSIS SMPN 1 Bekasi.

Maklum, setiap hari mereka harus melakukan rekap setiap transaksi yang dilakukan di kantin kejujuran. Kalau ada keuntungan, itu digunakan untuk menambah modal atau membiayai kegiatan siswa.

Kantin kejujuran memang tidak menjamin seseorang bisa bersih dari korupsi. Namun, meski kesempatan itu ada, bila kemauan untuk menilap itu tak ada, seperti Dendy dan Dimas, bolehlah kita berharap bangsa ini agak tersembuhkan dari penyakit kronis itu.

0 komentar:

Posting Lama Beranda